Mengenai Saya

Foto saya
Ki Jerry Carel Gunadi Menjadi Guru mata pelajaran sosiologi di SMA Tamansiswa Surabaya cabang dari Tamansiswa Jogjakarta yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara tahun 1922.

Selasa, 12 Mei 2009

KEPRIHATINAN GURU SWASTA

Guru Swasta: Gaji Kami di Bawah UMK....
Ribuan guru honor yang tergabung dalam Ikatan Guru Honor Indonesia cabang Kota Padang menggelar demo menuntut pengangkatan sebagai pegawai negeri, Kamis (17/4).
Senin, 19 Januari 2009 | 18:08 WIB

MEDAN, SENIN — Sebagian besar dari 24.977 guru swasta di Medan, Sumatera Utara, masih menerima gaji di bawah upah minimal kota atau UMK. Bahkan di antara mereka ada yang menerima gaji Rp 54.000 per bulan. Kompetensi dan kesejahteraan para guru masih timpang.

"Dari data kami, rata-rata gaji guru swasta di Medan masih di bawah upah minimal Kota Medan Rp 1,02 juta per bulan. Saya meminta pemerintah memperhatikan hal ini," tutur Ketua Persatuan Guru Swasta Indonesia (PGSI) Medan Partomuan Silitonga, Senin (19/1) seusai pertemuan pelatihan implementasi kinerja guru swasta.

Sebagian kecil saja, katanya, 400 guru yang mendapatkan tunjangan profesi. Sisanya, lebih dari 24.000 guru swasta, belum mendapatkan bantuan peningkatan kesejahteraan.

Selama ini, tuturnya, ada ketimpangan kesejahteraan antara guru swasta dan guru negeri. Guru negeri di Medan sudah ribuan jumlahnya yang mendapatkan tunjangan profesi. Padahal, gaji pokok mereka sudah jauh di atas gaji guru swasta. "Kami ingin pemerintah daerah ikut membantu meningkatkan kesejahteraan guru swasta," katanya.

Guru swasta dari SD Al Wasliyah II Medan, Gati Sekarningsih (43), misalnya, menerima gaji Rp 400.000 per bulan. Padahal, Gati sudah bekerja selama 22 tahun menjadi guru. Ibu dua anak ini meminta pemerintah turut membantu meningkatkan kesejahteraannya dan teman sejawatnya.

Dia mengatakan, masih banyak guru swasta yang menerima gaji lebih rendah dari dia. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan sehari-hari, Gati berusaha mencari tambahan penghasilan. Ibu dua anak ini mengaku sering menerima honor tidak tetap dari kegiatan pelatihan keguruan.

"Jika kita bandingkan dengan UMK Medan (Rp 1,02 juta per bulan), penghasilan kami jauh lebih rendah," katanya.


NDY

Apakah Anda Blogger Indonesia ?

Sambutan Ki Jerry Carel Gunadi

Blog ini khusus bagi guru juga orang umum yang peduli nasib guru, mudah-mudahan menjadi wadah dari hati ke hati sehingga sesama profesi bisa share pengalaman juga kesuksesan. Ki Hajar Dewantara memberikan suri tauladan yang terhadap pengabdian pada pendidikan, hal inilah yang patut kita junjung dan gali ajaran-ajaran Ki Hajar Dewantara lewat manifestasi pengabdian tanpa pamrih. Bisakah demikian..........................?
Saya teringat ketika ada dialog antara guru yunior dengan guru senior, kata guru senior, "jangan sedikit-sedikit menuntut ini, itu, perjuangan dulu semaksimal mungkin baru hak kita akan mengikuti dengan sendirinya", jawab guru yunior, "saya sudah melakukan itu, pak, tapi ternyata sopir angkut yang mengangkut saya, tidak mau dibayar dengan perjuangan".
Itu sekelumit pemehaman dari dua sisi jaman yang berbeda, menurutku, ketika pada jaman revolusi mungkin pengabdian dan perjuangan perlu bahkan harus, tetapi bagi seorang guru yang dilahirkan pada virus-virus kapitalisme dan leberalisasi sudah sedemikian akut, dimana-mana orang menghargai sesuatu dengan uang...........masih ingat PEMILU 2009, dimana seorang tokoh yang totalitas mengabdi pada masyarakat, ketika mencalonkan diri sebagai caleg, tidak ada yang memilih bahkan lebih memilih pada orang yang belum mengenal tetapi memberikan hadiah atau uang........
Ditambah lagi dengan menerapkan UU BHP bagi pendidikan, maka musnahlah masyarakat bawah bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi, kembali pada masalah nasib guru menjadi kajian tersendiri bagi kita. Untuk nasib siswa yang orangtua kaya atau miskin mendapat perhatian begitu besar dari pemerintah setelah 20% APBN untuk pendidikan diluncurkan dengan bebas biaya sekolah lewat BOPDA, BOS dan BKM, menjadi masalah adalah bagaimana dengan nasib guru swasta.........? khan ada Tunjangan Fungsional dengan syarat harus punya NUPTK memang ada, tetapi menurut saya tidak sebanding dengan kebutuhan hidup layak apalagi beli buklu.......
Hal inilah kita cari jalan solusinya.................

Senin, 11 Mei 2009

Mengapa Saya menjadi Guru ...?


Menjadi guru bagi kalangan muda mayoritas akan mikir-mikir, atau paling tidak melihat profile guru yang sekarang dengan perhatian pemerintah dengan 20% anggaran APBN, akan menggebu-gebu untuk menjadi guru yang PNS tentunya dengan Gaji lumayan ditambah sertifikasi tunjangan profesional yang lumayan, itu impian kita.......
Tetapi................
Bagaimana dengan Guru Sekolah Swasta...?
Ketika itu saya ketemu dengan teman di S-2 STIE Mahardika, Ibu Dewi Urip yang juga menjadi guru di SMA Tamansiswa Surabaya, pada tahun 2005 beliau menjadi Wakasek Humas, beliau mengajak saya, yang ketika itu menggantikan sementara Bapak Drs. Sarimun (Mumung) mengajar PPKN, saya setuju. Alhamdulillah, saya ketemu Bapak Bambang Kiswojo, ketika itu sebagai Kepala Sekolah, beliau mengatakan gaji disini sangat kecil, saya mendapat 2 jam di kelas X, dengan perincian per jam Rp. 13.000, dari situ saya mulai menghitung 2 jam berarti Rp. 26.000,- kalau sebulan berarti 2 jam x 4 minggu = 8 jam artinya dikalikan Rp. 26.000 menjadi Rp.208.000, Alhamdulillah, lumayan pikir saya.........
Mendadak saya bingung, penjelasannya tidak begitu, lantas bagaimana....?
per jam Rp. 13.000,- untuk satu bulan, jadi kalau 2 jam perbulan saya mendapat Rp. 26.000,-
itu NYATA...!!!
Saya pikir orang-orang ini yang menjadi guru.......sudah gila..!!!!
Khok mau........menjadi SALES saja Gaji Pokoknya waktu itu Rp. 500.000.......
Tapi itu kenyataan......
akhirnya saya putuskan untuk menjadi guru hanya setiap sabtu, karena senin s/d jum'at saya kerja, saya pikir biarlah itu menjadi hobby.....
Lama kelamaan, menjadi sebuah kristalisasi jiwa yang mau tidak mau saya harus melepaskan pekerjaan, terjun bebas menjadi guru, mengapa...?